Flaws of characters a main focus? It's complicated
4.5
BAGUSSSSSSS, KEREENNNNN, sedih dan miris juga. Penggambaran kehidupan PSK-nya sampai banget ke pembaca. Tiap dialog antar karakternya berhasil membuka sedikit demi sedikit pandangan baru. Jujur, biarpun sedih, aku nggak nangis baca ini, tapi perasaan sakit hati, marah, dan menyayangkan akan nasib orang-orang dalam buku ini beneran bikin sesak. Kehidupan PSK yang gelap dan mencekik, dijabarkan oleh Herman, seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian berkedok sebagai supir untuk Re:.
Gaya penulisan buku ini menggunakan sudut pandang orang ke-satu. Tak hanya berkutat tentang PSK-nya itu sendiri, penulis juga menyajikan informasi seputar ilmu kriminologi, barisan puisi, hukum dan undang-undang yang berlaku, hasil penelitian mengenai orientasi seksual yang terbagi menjadi beberapa bagian, dan sedikit pandangan agama terhadap konflik yang ada.
Adapula deskripsi mengenai hubungan kekeluargaan yang heart warming meski mereka tak dalam satu ikatan darah, contoh Melur yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Sekar, istri Herman. Semua yang terlampir di buku ini, layak untuk dibaca. Meskipun begitu ada juga yang kurang aku suka dari buku ini adalah beberapa typo yang sempat membuat aku bingung sepersekian detik, misal harusnya ditulis Melur malah jadi Rere atau tanda petik yang kurang tepat penyimpanannya, dan ada beberapa pembahasan yang cukup berat, jadi aku harus baca sampai dua kali hahahaha.
Nah kalau soal ending.... no comment, karena aku pribadi puas. Betul kata Herman, nggak semua pertanyaan harus dijawab. Intinya buku ini masterpiece.
Flaws of characters a main focus? It's complicated
4.0
Cerita heart warming yang super singkat, tapi pointnya tetap ngena. Sebelumnya, aku udah pernah baca karya beliau yang lain, dan kesanku kepada gaya penulisannya masih sama. Suka sekali, karena padat dan jelas. Penggambaran tiap adegannya, berhasil tersampaikan dengan baik. Gaya penulisannya menggunakan sudut pandang orang ke-tiga, ya. Sayang, kurang panjang aja, lebih tepatnya aku butuh detail-detail lain untuk menjelaskan, kenapa Hane-san bisa muncul sedemikian rupanya dan kenapa Hitomi-san bisa lupa begitu saja. By the way, buku ini berlatar di Jepang, jadi ada beberapa kosakata dalam dialog yang menggunakan bahasa Jepang. Tenang, pembaca disajikan artinya juga, kok.
Intinya, buku ini bercerita tentang Hitomi yang dirundung duka dan kesepian berlarut-larut, mengharapkan sesuatu yang lebih hangat, kemudian semuanya dianalogikan berdasarkan warna-warna yang pernah mengambil peran penting dalam kehidupannya. "Tetaplah hidup" adalah dua kata yang mampu merubah pandangan Hitomi, sebab Hane-san lah yang mengucapkannya.
Flaws of characters a main focus? It's complicated
3.75
Bisa dibilang alurnya nggak begitu berat meskipun melibatkan beberapa drama perihal hubungan antar karakternya, karena semua penyelidikan murni berdasarkan sudut pandang orang-orang terdekat (masyarakat biasa) dari si korban alias bukan polisi. Belum lagi, satu-satunya clue yang digunakan hanyalah surat-surat peninggalan korban yang pada awalnya bukan bagian dari tragedi pembunuhan itu sendiri. Kurangnya komunikasi jadi penyebab utama untuk konflik di sini dan korban kayaknya lagi apes juga harus ketemu sama psikopat sewaktu dia mau melakukan misi rahasia.
Untuk pelaku dan ending, ya cukup klise lah, nggak beda jauh sama buku mystery/thriller kebanyakan. Point plusnya deskripsi perlakuan si pelaku terhadap korban berhasil bikin meringis ngilu! Gaya penulisannya menggunakan sudut pandang orang ke-tiga. Narasi nggak bertele-tele, tapi maksud yang disampaikan tidak mengabaikan detail yang ada.
Flaws of characters a main focus? It's complicated
5.0
Unexpected jadi buku bintang 5, karena dibanding 3 buku detektif beliau lainnya yang udah aku baca, ini jadi yang paling bikin enjoy. Asumsiku, karena ini jadi buku dari Galileo Series kedua yang dibaca, aku mulai terbiasa dengan gaya penulisan dan susunan plot yang Keigo Sensei sajikan. Pusing udah pasti ada, tapi justru semakin pusing semakin penasaran untuk buka halaman selanjutnya.
Seperti biasa dan bukan hal aneh lagi, ceritanya nggak serta merta mengantarkan pembaca untuk mencari tahu siapa pelaku kejahatannya (karena kentara bangetlah, kalian cuma baca dari bab awal juga bisa langsung nebak) tapi lebih ke bagaimana cara si pelaku melakukan tindakan tersebut dan apa motifnya. Aku nggak akan ngomongin pesan moral panjang lebar, tapi singkatnya (biar otakku gak menjelimet lagi) sesuatu yang diawali dengan tidak baik, akan berakhir tidak baik pula, mengingat terjadinya pengulangan tragedi dari masa lalu, dan semuanya akan datang kepada siapapun yang memang pantas mendapatkannya.
Cerita ini bermula dari ditemukannya Yoshitaka yang tewas di rumahnya, serta dugaan bahwa ia dibunuh dengan cara diracun, membuat detektif Kusanagi, detektif Utsumi, Yukawa Sensei, dan detektif Mamiya mendapatkan teka-teki nyaris tak berujung, hingga mereka menyebutnya sebagai kejahatan sempurna.
Gaya penulisan menggunakan sudut pandang orang ke-tiga. Keigo Sensei kembali menunjukkan betapa kerennya research yang dia lakukan lewat peran Yukawa Sensei, seorang fisikawan, mengingat teori dan pengamatannya sangat mendominasi di buku ini.